Saturday, September 02, 2006

Mengapa Titik Honda Jazz Hilang

Sejak membaca blognya Abe Putra tentang titik Honda Jazz yang hilang, saya jadi suka (baca: sering--istilah orang jakarta buat kata sering adalah suka, misalnya saya suka sakit maag--padahal apa sih yang bisa disukai dari sakit maag?) memperhatikan setiap buntut Honda Jazz, hanya untuk memastikan teori Abe Putra ini.

Dan, sayangnya bener! Belum pernah saya ketemu Honda Jazz yang masih ada titiknya. Akibat diisukan terbuat dari emas putih, entah titik itu hilang dicongkel orang, atau dengan sengaja dicongkel pemiliknya--agar tidak dicongkel orang (ngerti gak bacanya?)

4 comments:

Anonymous said...

Itu bukan sunglap bukan sihir bro.. Yang pasti gossipnya santer banget! Kemaren tante beli Ondajes juga langsung disuruh copot sama petugas showroom nya! Takut ilang katanyah.. ^_^

Lam kenal!
Pas ngubek-ngubek technorati nemu link inih! ;)

doc_wong said...

Wah, bahkan udah mulai dari showroom ya. Pantesan saya gak pernah liat ada titiknya lagi di jalan2. Dari 10 ondajes, 11 di antaranya pasti gak ada titiknya.

Salam kenal juga. Postingan bro Abe banyak yg menarik juga, seperti yg beli barang di bhinneka.com itu.

Anonymous said...

guah pernah liat... yang masih ada tompelnya.

tapi titik merah,
semerah darah Jendral!

apa titik aslinya berwarna merah?

btw, sering itu bahasa mana?
"Saya jadi sering sakit maag"
"Saya jadi suka sakit maag"

itu dua kalimat yang sangat bertolak belakang...
dmeikian juga,

"Saya suka memperhatikan..."
"Saya sering memperhatikan..."

adalah dua kalimat berbeda dengan makna berbeda juga.

doc_wong said...

bahasa di buku Kaleidoskop Kelirumologi #4, Jaya Suprana, terbitan Gramedia, ISBN 979-20-0230-8, halaman 104, tentang suka dan sering.

Cilakanya, menurut Jaya, dalam beberapa kamus bahasa Indonesia, ternyata membenarkan kata suka sebagai pengganti kata sering.

Gitu looohhh....