Wednesday, October 21, 2015

Back To The Future

Hari ini! Hari ini menjadi begitu spesial karena dipercaya 26 tahun lalu, seorang Marty McFly telah menyeberangi waktu untuk menyelamatkan hidup dan orang-orang disekitarnya, tepat pada tanggal 21 Oktober 2015. Dan itu adalah hari ini!

Friday, December 30, 2011

Hachiko, Shibuya

Bule itu mengelus-ngelus kepala patung itu dengan penuh perasaan. Saya, walaupun berdiri persis di sebelahnya, membiarkan saja ia melakukannya--meluapkan isi hatinya; padahal saya sudah siap-siap untuk berfoto karena memang sudah giliran saya. Demikian juga antrian panjang turis-turis yang sudah siap dengan kamera masing-masing. Mereka sepertinya juga mengerti, bule itu pastilah sudah jauh-jauh datang ke situ, menemukan apa yang dicarinya dalam keharuan, menyeruak masuk antrian dan ya, begitulah...

Patung anjing dari perunggu itu berdiri tegap, dengan telinga kiri terkulai, seolah sedang menunggu sesuatu dengan penuh harap. Dan seniman pembuatnya mengerjakannya dengan tepat, seperti itulah Hachiko, nama anjing jenis Akita-Inu yang dijadikan patung tersebut sebagai memorial akan sikap kesetiaan.

Adalah Profesor Hidesaburo Ueno, yang memungut Hachiko dan memeliharanya sejak Januari 1924. Setiap pagi, Profesor Ueno akan berangkat kerja mengajar di Fakultas Pertanian, Universitas Tokyo ditemani oleh Hachiko sampai stasiun Shibuya. Dan pada pukul 4 sore, Hachiko sudah akan menunggu tuannya di sana, menjemputnya untuk pulang bersama ke rumah.

Namun, pada 21 Mei 1925, Profesor Ueno, akibat stroke meninggal dunia seusai mengikuti rapat di kampus. Jenazah beliau dikirim pulang langsung ke kampung halamannya dan bukannya ke rumah yang mereka tinggali di Shibuya. Hachiko, tidak mengetahui hal tersebut dan menjadikannya tetap menunggu di situ.

Hachiko kemudian dititipkan ke mulai dari kerabat sampai kenalan sang Profesor. Namun Hachiko selalu kembali ke stasiun Shibuya, setiap jam 4 sore, menunggu tuannya yang tak pernah muncul itu. Saking setianya, Hachiko telah menunggu, menunggu dan menunggu di sana selama sembilan tahun--setiap jam 4 sore! Hari ketika Hachiko tidak menunggu di sana adalah ketika dia ditemukan telah meninggal di jalanan area Shibuya tersebut.

Kisah yang mengharukan banyak orang tersebut kemudian dimuat di Tokyo Asahi Shimbun dengan judul Itoshiya Roken Monogatari (Kisah Anjing Tua yang Tercinta). Patung Hachiko kemudian didirikan di Stasiun Shibuya tempat di mana diyakini Hachiko menunggu tersebut

Saya sendiri telah lama berniat ingin mengunjungi lokasi tersebut. Karenanya, begitu ada kesempatan, dengan subway Metro Line Tokyo, bersemangat sekali saya melakukan perjalanan ini. Setelah dengan susah payah bertanya dengan bahasa Singlish saya yang parah, ditambah kacau lagi dengan ketiadaan penguasaan percakapan Inggris dari orang maupun petugas Jepang yang saya tanya, dan beberapa penjelasan dengan gerakan tangan dua pihak yang tidak banyak membantu, alhasil antara betul dan tidak, dengan nekat saya sampai juga di Hachiko Exit, salah satu dari lima pintu keluar Stasiun Shibuya.

Stasiun Shibuya luar biasa ramainya, mungkin kira-kira seperti jalan di Orchard, Singapore pada saat malan Natal atau Tahun Baru. Dengan payah menyeruak keramaian itu, celingak-celinguk saya membuahkan hasil! Akhirnya saya sampai juga di patung Hachiko....

Tapi itu belum semuanya. Untuk berfoto dengan patung tersebut, saya masih harus antri di antara turis-turis yang sengaja datang mengunjungi tempat itu juga.

Ketika tiba giliran saya siap-siap berpose, ups, bule yang saya ceritakan di atas itu datang dan menyela antrian langsung maju ke patung perunggu itu. Dia--kemungkinan besar sudah terhipnotis oleh film Richard Gere, Hachiko: A Dog's Story, film tentang Hachiko ini juga--memandang haru dan membelai kepala patung Hachiko dengan penuh simpati. Agak malu dan kuatir, dia memalingkan kepalanya ke saya untuk mengamati ekspresi muka saya, apakah saya akan menertawakannya.

Tapi saya memandang lurus ke matanya dan tersenyum, membuatnya lega, seolah dia mengetahui saya mengatakan dalam hati: Don't worry, buddy, I understand!

*Updated, 8 Januari 2012
Setiap tahunnya, pada tanggal 8 April, ratusan pecinta anjing akan berkumpul di Shibuya, di tempat di mana patung tersebut berdiri, untuk memperingati kesetiaan serta pengabdian sampai mati dari Hachiko, seekor anjing yang luar biasa...

Wednesday, June 15, 2011

Damn Kho Ping Ho!

Abangnya teman saya meninggal dunia. Sakit keras. Kritis. Dan kemudian segala seperti berjalan dalam slow motion, tanpa suara. Adiknya, yakni temanku itu, kemudian menangis... Saya sungguh mengerti perasaannya. Dia mengirimkannya via bbm:
"Tangisan pertamaku adalah kalimat yang selalu disebut ibuku, kalau mau berburu harimau, harus dengan saudara kandung. itu yang saya tangiskan. Siapa yang akan menjaga aku sekarang..."

Tiba-tiba, hal itu menyeretku kembali kepada tanggal 23 Desember 2007, hari di mana Amah (nenek)-ku, akan ditutup peti matinya. As we know, saat dimana kesedihan paling memilukan dari sebuah upacara pemakaman adalah ketika sedokan tanah pertama menutup liang kuburan; dan sebelumnya, ketika peti mati hendak ditutup. Perasaan bahwa kita tidak akan pernah bisa lagi melihat orang yang kita sayangi untuk selama-lamanya, sungguh susah dideskripsikan...

Tapi semua itu buyar gara-gara Kho Ping Ho!

Adalah ketika bertahun-tahun yang lalu, jaman SMP dulu, buku-buku tipis kecil itu yang menemani waktu senggangku, mengisahkan bagaimana para pendekar mengalami naik turunnya drama kehidupan dalam mengatasi kesulitan, membasmi kejahatan dan menegakkan keadilan. Karya Kho Ping Ho sungguh memukau; tetapi ada satu bagian yang terpatri kuat dalam ingatanku.

Saya tidak ingat judulnya apa, tetapi saat itu dikisahkan bahwa seorang kakek tua menggunakan rakit sedang menjauh menyelamatkan seorang gadis dari musuh-musuhnya. Sang gadis menangis mengharukan, sebab saudarinya mati terbunuh di sana. (Well, aku tidak ingat persis ceritanya, namun kira-kira seperti ini dialognya)

"Kakak, jangan tinggalkan aku....," ratap sang gadis

"Apa yang kau tangisi?" Kakek tua itu menukas, "Memangnya hidup di dunia ini lebih baik daripada dunia bagi yang sudah meninggal? Lagipula, kamu sedang menangisi dirimu sendiri karna ditinggal kakakmu atau menangisi kakakmu yang meninggal itu?"

...

Karna karya prosa Kho Ping Ho inilah, ketika almarhum amah-ku hendak ditutup peti matinya--kami disuruh berkumpul untuk melihat beliau untuk yang terakhir kalinya, untuk selama-lamanya--saya dilanda perasaan campur aduk untuk menangis. Apakah saya mau menangis karena saya kasihan pada diri saya sendiri ditinggalkan amah, ataukah saya benar-benar menangisi amahku tersayang yang meninggal itu....

Damn you, Kho Ping Ho! But, still, you God damn right! Salut untukmu...


Image diambil dari sini

Friday, February 18, 2011

Kok di Jam Gue Angkanya IIII dan Bukannya IV?

Dalam perjalanan, istriku bilang: "Angka 4 di jam tangan, yang pakai angka Romawi, adalah IIII loh, bukan IV."

Saya melirik ke jam tangan, dan BETUL! Angkanya IIII, bukan IV... ! WHY?

7 hari kemudian, saya masih penasaran dengan obrolan kami dalam perjalanan pulang ke rumah tersebut dari acara rekreasi keluarga. Sebagai intelektual gugelwan sejati, dalam beberapa kali ketak-ketik dan klik saya tentu saja langsung bisa mendapatkan jawaban hal ini, namun berhubungan saya dahulukan kerjaan kantor dulu (yaaaa... siapa tahu Bos saya baca blog saya ini juga, hihihihihi), pertanyaan trivia ini, menurut Stephen Covey harus dengan berat hati dikategorikan dalam kuadran gak-penting-dan-gak-mendesak; walaupun sebenarnya ingin saya masukkan dalam kuadran penting-tapi-gak-mendesak, eh, atau mendesak-tapi-gak-penting ya?

Dan selama 7 hari tersebut, pertanyaan-pertanyaan gak penting selalu menggantung di dalam pikiranku: Apakah orangnya salah buat? Apakah ini jam palsu, karna yang buat gak prof? Apa sih tujuannya kalo disengaja? Ataukah jangan-jangan ada fengshuinya? Bisa jadikah seperti yang Dan Brown jejalkan kepada kita, ada konspirasi kelompok rahasia dari pembuat jam yang disimbolkan dalam angka yang dipakai tersebut? Hahahahaha

Dalam 0.25 detik, Google memberikan sekitar 922.000 hasil atas query saya: "roman numerals 4 clock watch". Luar biasa. Kita benar-benar berhutang budi pada Larry Page dan Sergey Brin yang telah merilis situs ajaib ini 4 September 1998, hampir 13 tahun yang lalu.

Ternyata, ini adalah perrtanyaan klasik. Ada berbagai teori dan perdebatan mengenai hal ini. Tidak ada satu jawaban pasti! Karenanya, saya cuman bisa mengatakan saya lebih menyukai sementara jawaban daripada jawaban lainnya.


Berikut jawaban-jawaban populer:

  • Pembuat jam yang ngetop pada jaman tersebut, ketika membawa jam pesanan Raja Louis XIV dari Perancis, sang raja memerintahkan untuk menukar angka IV menjadi IIII karena raja menyukai demikian.
    Hmmmm, apa boleh buat ya, pelanggan adalah raja, apalagi pelanggan yang benar-benar raja

  • Huruf IV adalah kependekan dari IVPPITER (baca I sebagai J dan V sebagai U), Jupiter, pimpinan dewa Romawi. Karenanya, digunakan angka IIII untuk menggantikan angka IV.
    Anda tidak ingin kualat kan di jam anda tercantum angka 1,2,3, dewa, 5,6, dstnya...

  • Secara estetis maupun dari berat bahan material, angka VIII lebih gede dan berat di satu sisi, sehingga sisi lainnya harus diseimbangkan dengan menukar angka IV ke IIII
    Well, secara estetis memang lebih terasa seimbang di antara kedua sisi jam tersebut apabila diperlakukan demikian. Lagipula dengan mengganti angka IV menjadi IIII, maka ketika dibagi 3 bagian, bagian pertama mempunyai kelompok 4 huruf I, bagian kedua mempunyai kelompok 4 huruf V, dan bagian sisanya mempunyai kelompok 4 huruf X. Seni, bukan?


Namun, jawaban yang paling saya sukai--saya mengatakan paling saya sukai, sebab tidak ada satu kepastian manakah jawaban yang paling benar--adalah sebagaimana berikut:

Jika angka 1 sampai dengan 12 dijejerkan ke dalam angka romawi, maka seorang pembuat jam yang membuat cetakan harus membuat I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII, atau 17 buah huruf I, 5 buah huruf V, dan 4 buah huruf X.

Secara manajemen produksi, ketika huruf IV, saya ganti menjadi huruf IIII, maka saya akan membutuhkan 20 huruf I, 4 buah huruf V dan 4 buah huruf X. Mouldingnya bisa saya efisienkan menjadi "V I I I I I X" untuk digunakan 4 kali untuk membuat satu buah jam komplit. Hemat, kan?


Sumber Gambar:
www.seiko.co.jp


Referensi Bacaan:
http://www.answerbag.com/q_view/1683645
http://www.answerbag.com/q_view/32358
http://answers.yahoo.com/question/index?qid=20071024192404AAu4NFS
http://www.ubr.com/clocks/frequently-asked-questions-faq/faq-roman-iiii-vs-iv-on-clock-dials.aspx
http://www.fluther.com/83644/why-on-clocks-and-watches-is-the-roman-numeral-4-written/

Sunday, October 03, 2010

Surat Sumiati Singodimejo - by Google Translate

Saya menerima broadcast BBM yang begitu lucunya dari Siany Lee, teman saya, yang membuat saya terpingkal-pingkal di setiap baris surat tulisan Mbak Sum. Lepas dari itu, timbul pikiran iseng saya, bagaimana hasil terjemahan Google Translate? Apakah Google Translate akan sanggup membantu Mbak Sum?






Sumber Tulisan
Berikut sumber tulisannya sebelum diterjemahkan:
Mbak Sum bermaksud mutusin pacarnya Robby (bule). Akan tetapi dia tidak berani bertemu muka dengan kekasihnya. Mbak Sum menulis surat dengan berbekal pengetahuan english yang pas-pasan. Berikut isi suratnya:

Hi Robby, together this letter I want to give know u
(Hai Robby, bersama surat ini saya ingin memberitahumu)

I want to cut connection we
(Saya bermaksud memutuskan hubungan kita)

I have think things very cook cook
(Saya sudah pikirkan masak-masak)

I know my love only clap half hand
(Saya tahu cintaku hanya bertepuk sebelah tangan)

Correctly I have see u go with a women entertainment at town with my eyes head alone
(Sebenarnya saya telah melihat kamu pergi dengan wanita penghibur di kota dengan mata kepala saya sendiri)

You always ask sorry back back river
(Kamu selalu meminta maaf berulang-ulang kali)

You eyes drop tears crocodile
(Matamu mengucurkan air mata buaya)

You correct correct a man crocodile land
(Kamu benar-benar lelaki buaya darat)

So I cut connection and pull body from love triangle this
(Jadi, saya putuskan hubungan ini dan menarik diri dari cinta segitiga ini)

I have been crying night night until no more eye water thingking about ur body
(Saya menangis bermalam-malam sampai tidak ada lagi air mata memikirkan dirimu)

I don't want to sick my liver for two river
(Saya tidak mau sakit hati untuk kedua kalinya)

Safe walk Robby
(Selamat jalan Robby)

Girl friend of your liver
(Kekasih hatimu)

Sumiati lion on the table
(Sumiati Singodimejo)



Hasil Terjemahan
Sebelumnya saya mengambil bagian-bagian isi surat tersebut, dan hasilnya sebagai input untuk diterjemahkan Google Translate adalah sebagai berikut:
Hai Robby, bersama surat ini saya ingin memberitahumu
Saya bermaksud memutuskan hubungan kita
Saya sudah pikirkan masak-masak
Saya tahu cintaku hanya bertepuk sebelah tangan
Sebenarnya saya telah melihat kamu pergi dengan wanita penghibur di kota dengan mata kepala saya sendiri
Kamu selalu meminta maaf berulang-ulang kali
Matamu mengucurkan air mata buaya
Kamu benar-benar lelaki buaya darat
Jadi, saya putuskan hubungan ini dan menarik diri dari cinta segitiga ini
Saya menangis bermalam-malam sampai tidak ada lagi air mata memikirkan dirimu
Saya tidak mau sakit hati untuk kedua kalinya

Selamat jalan Robby
Kekasih hatimu
Sumiati Singodimejo


Dan, seperti magic, hasil terjemahannya keluar seperti berikut:

Hi Robby, along with this letter I want to tell you
I intend to cut connection us
I've thought very carefully
I know my love just one hand clapping
Actually I have seen you go out with female entertainers in the city with my own eyes
You're always apologizing over and over again
Your eyes are shedding crocodile tears
You are really man hoodlum
So, I decided this relationship and withdraw from this love triangle
I cried many nights until no more tears thinking about your
I do not want to hurt for a second time

Goodbye Robbie
Beloved hearts
Sumiati Singodimejo



Meski masih ada beberapa bagian yang perlu diperbaiki, namun mendekati 90 persen sempurna. Luar biasa bukan?

sumber gambar: google translate

Wednesday, May 26, 2010

Menjadi Buah Apa Kalo Begitu?

Oke deh, lewatin aja bagian awal ini karena saya cukup yakin sering dibaca di mana-mana. Saya sudah dapet email ini beberapa kali. Petuahnya bagus, namun saya lebih suka berpikir alternatifnya sebagaimana pada cerita wortel, telur dan kopi.

Lompati bagian di bawah ini dan langsung baca alternatifnya sesudahnya, tetapi bagi yang belum pernah baca atau mau refreshing sebentar, begini...

Kata-kata Buah Yang Bijak

1. Jadilah Jagung, Jangan Jambu Monyet. Jagung membungkus bijinya yg banyak, tapi jambu monyet memamerkan bijinya yang cuma satu2nya. Artinya : Jangan suka pamer

2. Jadilah Pohon Pisang. Pohon pisang kalau berbuah hanya sekali, lalu mati. Artinya : Kesetiaan dalam pernikahan.

3. Jadilah Duren, Jangan Kedondong. Walaupun luarnya penuh kulit yg tajam, tapi dalamnya lembut dan manis. Beda dgn kedondong, luarnya mulus, rasanya agak asem, didalamnya bijinya berduri. Artinya : Jangan menilai seseorang dari luarnya saja.

4. Jadilah Bengkoang. Walaupun hidup dalam kompos sampah, tapi umbinya, isinya tetap putih bersih. Artinya : Jagalah hati, punya prinsip, jgn terpengaruh lingkungan yg hitam.


Nah, sekarang versi alternatifnya:

Alternatif Kata-kata Buah Yang Bijak

1. Jadilah Jambu Monyet, Jangan Jagung. Jagung memiliki banyak biji dan dibungkus rapat2, sementara jambu monyet hanya memiliki satu biji yang sangat disayanginya. Artinya: Jangan selingkuh, memiliki banyak simpanan

2. Jangan Jadi Pohon Pisang. Pohon pisang berbuah hanya sekali, lalu mati. Artinya: Hanya bisa memberi hasil sekali pada lingkungannya, gak bisa jangka panjang

3. Jadilah Kedondong, Jangan Duren. Walau dalamnya lembut dan manis, namun kulitnya berduri, sementara kedondong bijinya berambut tetapi luarnya mulus. Artinya: Jangan menyimpan sesuatu yang bagus hanya untuk diri sendiri, tetapi simpanlah duka laramu namun berikanlah kegembiraan bagi orang di sekelilingmu

4. Jangan Jadi Bengkoang. Hidup dari tempat sampah. Artinya: mengharapkan belas kasihan orang lain untuk hidup

Begitulah.... Jadi buah apa kalo begitu?

Gambar diambil dari sini


Monday, April 12, 2010

Lah, Mana Yang Benar?

Anda tentu saja seharusnya sudah pernah dengar kisah motivasi berikut ini. Anda mungkin saja merasa itu benar, mengharukan, atau pun inspirasional. Tetapi benarkah itu? Anda berpikir demikian karena Anda cuma dikasih satu macam versi. Versi kedua dan ketiga tidak pernah Anda baca sebelumnya. Berikut ini adalah yang versi pertama yang sudah sering Anda baca di mana-mana:

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api.

Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api.

Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”"Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak. Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras.

Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas. Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?”

Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi ‘kesulitan’ yang sama, melalui proses perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.

Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak. Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras. Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut.

“Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya. “Ketika kesulitan mendatangimu, bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi? Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.”

“Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut? Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan maka hatimu menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?.”

“Ataukah kamu adalah bubuk kopi? Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat.”

“Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.”

“Ada 'raksasa' dalam setiap orang dan tidak ada sesuatupun yang mampu menahan 'raksasa' itu kecuali 'raksasa' itu menahan dirinya sendiri.”


Anda sehabis membaca kisah ini, merasa WOW, benar sekali, luar biasa, sangat inspiratif? Anda sangat ingin seperti kopi? Tunggu dulu. Coba lihat versi 2 dan versi 3 nya....


Versi 2:
Apakah kamu seperti wortel, yang menghadapi semua kesulitanmu dengan tegar dan keras, dan ketika semua kesulitan berakhir, kamu menemukan kebijaksanaan dan hatimu menjadi lembut dan penuh kasih?

Apakah kamu seperti telur, yang awalnya penuh kasih dan kelembutan, ketika menghadapi semua kesulitan ini, akhirnya dirimu menjadi pedih, pahit dan penuh kebencian di dalam hatimu yang telah menjadi keras dan kaku?

Apakah kamu seperti kopi, ketika menghadapi semua kesulitan ini, menyerah dan pasrah dan membuang semua kesempatan, harta-hartamu dan semua keinginan serta harapanmu kepada kesulitan-kesulitan itu, dan pada akhirnya menjadi ampas yang tidak berguna, tidak seperti wortel dan telur yang makin enak disantap?


Versi 3:
Apakah kamu seperti wortel, yang kelihatan begitu kuat, namun setelah menghadapi berbagai kesulitan, kamu akhirnya menjadi lemah dan berubah menjadi pecundang yang penuh trauma?

Apakah kamu seperti telur, yang begitu rapuh, namun setelah menghadapi semua kesulitan ini, kamu bisa mengatasinya, dan membuat kamu bertambah tabah dan bertambah kuat dalam kehidupan ini?

Apakah kamu seperti kopi, ketika menghadapi semua kesulitan ini, menyerah dan pasrah dan membuang semua kesempatan, harta-hartamu dan semua keinginan serta harapanmu kepada kesulitan-kesulitan itu, dan pada akhirnya menjadi ampas yang tidak berguna, tidak seperti wortel dan telur yang makin enak disantap?

Well, masih ingin seperti kopi?

Tetapi manakah versi yang benar? Saya rasa, pertanyaan tersebut sendiri salah, dan perlu diubah menjadi: Manakah yang lebih anda sukai?

Sumber gambar dari sini