Friday, April 27, 2007

Mengapa Kartini Selalu Harus Berbaju Daerah

Kartinian 2006, (c) 2006, ulysee_meYeah....
Mengapa?
Mengapa merayakan Kartini harus selalu dengan baju daerah? Terkadang harus baju daerah tertentu lagi.

Apakah Kartini itu identik dengan baju daerah, riasan2 tebal, dan long march ke jalan-jalan? Di mana anak-anak TK dan SD dijejerkan ke dalam barisan-barisan rapi untuk diperlihatkan kepada orang-orang?

Memahami Kartini adalah memahami sebuah pembebasan. Pembebasan dari sugesti hipnosis alam bawah sadar tentang kemanusiaan, yang mana ketika perempuan dipola untuk berpikir bahwa mereka mempunyai derajat lebih rendah daripada laki-laki; Kartini memperjuangkan kesetaraan.

Kartini mencoba menyadarkan kita bahwa kata-kata "
Di balik setiap lelaki sukses ada seorang istri yang bijaksana" adalah sebuah hipnotis alam bawah sadar yang secara tidak sadar kita patuhi, dan mentransformasikannya menjadi "Di samping setiap lelaki sukses ada seorang istri yang bijaksana"

Jika demikian, lalu segala macam perayaan fashion show yang mencoba membonsai semangat Kartini ke dalam riasan-riasan tebal pada muka anak-anak TK dan SD menjadi perlu kita pertanyakan. Kecuali itu adalah sebuah excuse untuk mendapatkan tambahan satu hari libur lagi, then I have nothing to say.

4 comments:

Anonymous said...

Saya duga ya ini ada konspirasi besar atau sejarah yg terpelintir.

Apa berkorespondensi antara seorang pria dan wanita hanya sebuah korespondensi? Saya meragukan itu...

Menurut saya Kartini mungkin berselingkuh dengan pacarnya di luaran sana.

wekekeke .... The Kartini Code

Anonymous said...

Kenapa kalau Hari Kartini anak anak berkostum daerah???
pinter pinternya pemerintah. Khan udah tahu sebetulnya pahlawan Indonesia itu baru nongol sesudah 1928, Kartini berkiprah tahun berapa?
Perjuangan Kartini adalah perjuangan seorang perempuan Jawa terhadap feodalisme Jawa, tapi supaya seluruh Bangsa merasa ikut memiliki, maka hari kartini jadi ajang berpakaian daerah.
SALAH KAPRAH!

Herman Saksono said...

Mungkin karena sudah terjebak dalam ritual, dan melupakan esensi. Padahal yang namanya budaya dan norma itu harus selalu diupdate agar tetap up-to-date tapi tetp lekat pada esensinya...

Jee_Wolf said...

Jadi... ehm, untuk penulis yg sudah tergolong sukses..
"menilik kembali sebuah hipnotis alam bawah sadar. Kenalan donk mah istrinya" :D