Monday, January 29, 2007

Iklan Gudang Garam Merah - Edisi Kereta Api

Seorang pemuda bercelana jeans dengan tas ransel di pundak berlari-lari di sebuah stasiun KA untuk mengejar waktu agar dapat membeli karcis. Tepat waktu, dapat karcis, dan ketika dia menoleh ke kanan (menghadap kamera), dia melihat seorang bapak sedang membeli karcis dengan calo.

Berikutnya, ketika pemuda tersebut sudah duduk, setelah bersusah payah mencarinya--saat itu juga muncul seorang ibu tua yang mencari tempat duduk. Ketika ibu tua tersebut sampai pada bapak-bapak yang membeli karcis dari calo tersebut, tampak bapak tersebut malu dan mengangkat korannya lebih tinggi (entah dibaca dia atau tidak).

Akhirnya, si pemuda (yang tentunya perokok Gudang Garam Merah) memberikan tempat duduknya kepada ibu tua tersebut, dan keluarlah jingle: Buktikan Merahmuuuuuuuu.....

Keren abis. Seorang pahlawan muncul lagi.... Sampai ketika kita berpikir sebentar.....

Mengapa yang dipersalahkan adalah Bapak yang membeli karcis dari calo?
Apakah seseorang yang membeli karcis dari calo tidak berhak mendapat tempat duduk?
Lebih lanjut lagi, mengapa kalau sudah tidak ada tempat duduk, karcis masih dapat dijual?
Mengapa ibu tua tersebut masih dapat membeli karcis, jika tempat duduk sudah tidak tersedia? Apakah karcis dari calo tersebut palsu, atau karcis ibu tua tersebut yang palsu?

Jika pun demikian, mengapa yang lain tidak disorot pura-pura malu juga karena tidak memberikan tempat duduk kepada seorang wanita tua yang membutuhkannya, tetapi mengapa mesti Bapak yang membeli karcis dari calo itu seorang yang dipersoalkan?

Dan, anehnya, iklan tersebut tidak sekalipun berani menyorot petugas KA yang seharusnya bertanggung jawab soal kejadian tersebut. Merekalah yang seharusnya mengangkat koran tinggi-tinggi menutupi mukanya.

Aneh. Kasus klasik dari pengalihan permasalahan dan tanggung-jawab, dan itu ada dalam mindset seorang konseptor iklan loh, yang artinya mindset dari masyarakat!

4 comments:

Anonymous said...

hahahahhaa...
wah, kalo gituh sih, yang aneh bukan cuma iklan ini ajah..
iklan yang laen banyak yang lebih ndak masuk akal lagih ituh..

doc_wong said...

Wakakakaka...
Tika, meminjam semboyan iklan rokok, kita cuma bisa bilang: tanya kenapa.....

Anonymous said...

Iklan ini menunjukkan KEBODOHAN si Pemuda. Mengapa?

1. Karena nilai tiket KA menjadi tidak berharga, karena: cost pembelian tiket KA adalah lewat jalur resmi, dimana sangat murah, dan disaat itu antrean tidak terlalu panjang.

2. untuk Bapak2 yg beli via calo, tiket jadi sangat mahal, jadi wajar kalau tdk mau diberikan ke ibu hamil.

3. utk ibu tua: biasakan berinvestasi sedikit lbh mahal dgn membeli tiket eksekutif or bisnis yg ada seat numbernya. Bedanya hanya sekitar 30-40 ribuan. Dan ibu tua itu sebenernya adalah tg jawab ANAK dari ibu tua tsb utk membelikan tiket.

Di iklan ini malah mengajarkan:

1. Lempar tanggungjawab: ibu tua tg jawab dari anak orang lain.
2. Menggalakan pembelian tiket via CALO (karena dlm hal ini, org yg berlaku baik karena beli resmi, malah tergusur dari temapt duduknya).
3. PJKA harus nya tanggap! Disediakan gerbong khusus warga senior.

bank umum nasional said...

itu bukan pjka.. itu pt. ka.. di iklan itu gerbongnya berapa coba? pastinya yang nggak pernah nonton siaran vhsnya tpi pasti bingung!