
Pulkam (singkatan dari pulang kampung) sering membawa beberapa pemikiran. Komparasi terhadap apa yang sedang terjadi dengan apa yang sudah terjadi. Beberapa menyebutkannya
refleksi, beberapa yang lain menyebutnya
nostalgila...
Namun, pulkam bagi saya adalah
makan-makan. Beberapa makanan daerah khas Pontianak, sungguh tidak dapat dicari penggantinya. Meskipun di Jakarta terdapat makanan yang sama, katakanlah
kwetiau,
choipan,
kuecap, atau
nasi campur; namun akibat bumbu dan bahan yang tumbuh dari areal geografis yang berbeda, maupun cara-cara pengolahannya berbeda--menghasilkan cita rasa yang tidak mungkin sama juga.
Akhir Desember 2007 lalu, saya pulkam, tentu saja: berburu makanan khas Ponti, bertemu teman-teman lama, dan entah kenapa--kali ini, saya membuka2 majalah lama...!
Dulu, kami ada
Spectrum, majalah sekolah Santu Petrus--Pontianak, dan saya salah satu tim redaksinya. Membukanya me
restore banyak bagian dari isi otakku yang sudah di
archive di
recycle-bin. Tulisan demi tulisan me
link saya dengan
page-page dari situs otakku yang tidak pernah di
update lagi, bahkan sudah gak pernah dikunjungi.
Ada bagian-bagian dari rayuan
nyeleneh anak-anak A1 (Fisika) dalam majalah Spectrum itu di Bagian
Connection (semacam kolom sapa-menyapa) seperti: "
Jika kamu adalah proton, aku rela jadi elektron yang selalu mengelilingimu". Atau: "
Aksimu menimbulkan reaksiku". Sementara banyak
say-hello lainnya seperti mengajak ke Rasau, Kakap dan Pondok-Gede, tempat mangkal anak-anak Pontianak untuk berekreasi, ada juga yang berisi sindiran-sindiran jenaka yang hanya bisa dimengerti oleh pihak yang disindir dan yang menyindir.
Bagian lain berisi foto-foto hasil
shooting redaksi tentang kegiatan siswa-siswi, bahkan yang paling seru, Liputan tentang Valentine, wawancara dengan guru-guru dan pengalaman siswa-siswi yang berpacaran untuk mengungkapkan arti valentine bagi mereka. Diliput secara seru kalau ngga salah oleh
Sera Linardi, salah satu tim Spectrum.
Sampai ketika saya menemukannya lagi, ada satu kolom, yang selalu menjadi pertanyaan saya selama ini, bahkan sampai saat ini. Puisi, judulnya:
Catatan Untuk Putri Salju, dan yang membuatnya (pengarangnya) cuman menuliskan nama samarannya:
Pojok Kelas. Dari
Spectrum No. 2/Tahun 2/ April 1993, halaman
49. Sampai sekarang, entah siapa si Pojok Kelas itu, termasuk entah siapa juga
Sang Putri Salju yang dimaksudkannya. Demikian tulisannya:
Catatan Untuk Putri Salju
Seandainya kau jadi pacarku,
tolong hitung berapa Marlboro
yang aku habiskan dalam seminggu
Seandainya kau jadi pacarku,
Kau harus rela duduk di atas Alfa bututku
yang dibeli bapakku secara kredit itu
Seandainya kau jadi pacarku,
Kau mesti mau kuajak nonton di PT
Karena aku ngga punya cukup uang
membawamu ke studio 21
Seandainya kau jadi pacarku,
Kau harus rela makan bakso di kaki lima
Sebab aku nggak sanggup
mengajakmu ke Italian
Seandainya kau jadi pacarku,
Kau harus bisa mengerti
Mengapa aku suka menyendiri
Karena aku sering merasa frustasi
Seandainya kau jadi pacarku,
Kau mesti tahan tanpa cumbu rayu
Sebab aku nggak ngerti soal itu
Seandainya kau jadi pacarku,
Ah, sudahlah...
Nanti kamu merasa jemu dan malu
Memangnya kamu sudi jadi pacarku?
Pojok Kelas, 2 Feb '93
10.26 WIB